Jerawat adalah salah satu musuh bagi semua orang, tidak terkecuali bagi pria. Pria dengan tekstur kulit yang lebih mudah berkeringat pastinya lebih beresiko untuk berjerawat pada wajahnya. Wajah berminyak juga menjadi musuh bagi sebagian pria, dimana wajah berminyak akan lebih menunjang wajah untuk berjerawat.
Perawatan wajah memang tampak sedikit tabu untuk pria. Tetapi jika memang itu diperlukan untuk menunjang penampilan Anda, sepertinya tidak ada masalah untuk merawat wajah.
Minggu, 15 September 2013
Cara mudah menjaga wajah dari jerawat
Label:
air hangat,
berminyak,
cara,
jerawat,
krim,
makanan,
masker,
mencuci muka,
menjaga,
mudah,
musuh,
Pedas,
perawatan,
pori-proi kulit,
pria,
sabun muka,
wajah
Jumat, 06 September 2013
Brokoli Cegah Radang Sendi
Satu zat yang ditemukan pada brokoli dapat menjadi kunci mencegah atau memperlambat perkembangan bentuk paling umum arthritis, menurut penelitian yang disiarkan di jurnal Arthritis & Rheumatismon, Rabu (28/8).
Hasil dari studi laboratorium memperlihatkan sulforaphane dapat memperlambat kerusakan tulang rawan pada persendian yang berkaitan dengan osteoarthritis, yang menyakitkan dan membuat lemah tubuh.
Di dalam penelitian tersebut, tikus yang diberi makan makanan yang kaya akan senyawa itu secara mencolok memiliki lebih sedikit kerusakan tulang rawan dan osteoarthritis dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi makan brokoli.
Osteoarthritis (OA), yang juga dikenal sebagai radang sendi degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah satu kelompok gangguan mekanis yang melibatkan penurunan fungsi sendi, termasuk tulang rawan artikular serta tulang subchondral. Gejalanya mungkin meliputi nyeri sendi, nyeri saat disentuh, kaku, sendi terasa macet dan kadang-kala efusi.
Para peneliti tersebut mengatakan, sulforaphane dikeluarkan saat orang makan sayuran persilangan seperti kubis Brussels dan kol, tapi terutama brokoli.
Penelitian sebelumnya telah menyatakan sulforaphane memiliki kandungan anti-kanker dan anti-radang.
Para peneliti itu mendapati sulforaphane menghalangi enzim yang mengakibatkan kerusakan sendi dengan menghentikan molekul penting yang diketahui mengakibatkan radang.
Studi tersebut melibatkan peneliti dari Universiyt of East Anglia, bersama dengan University of Oxford and Norfolk dan Norwich University Hospital.
"Selain mengobati mereka yang sudah memiliki kondisi itu, anda perlu bisa membritahu orang yang sehat bagaimana melindungi persendian pada masa depan," kata Ian Clark, pemimpin peneliti tersebut.
"Saat ini, tak ada cara menangani penyakit itu secara farmasi dan anda tak bisa memberi orang sehat obat yang tidak perlu, jadi di sini lah makanan dapat menjadi pilihan yang aman." Sumber *
Hasil dari studi laboratorium memperlihatkan sulforaphane dapat memperlambat kerusakan tulang rawan pada persendian yang berkaitan dengan osteoarthritis, yang menyakitkan dan membuat lemah tubuh.
Di dalam penelitian tersebut, tikus yang diberi makan makanan yang kaya akan senyawa itu secara mencolok memiliki lebih sedikit kerusakan tulang rawan dan osteoarthritis dibandingkan dengan tikus yang tidak diberi makan brokoli.
Osteoarthritis (OA), yang juga dikenal sebagai radang sendi degeneratif atau penyakit sendi degeneratif, adalah satu kelompok gangguan mekanis yang melibatkan penurunan fungsi sendi, termasuk tulang rawan artikular serta tulang subchondral. Gejalanya mungkin meliputi nyeri sendi, nyeri saat disentuh, kaku, sendi terasa macet dan kadang-kala efusi.
Para peneliti tersebut mengatakan, sulforaphane dikeluarkan saat orang makan sayuran persilangan seperti kubis Brussels dan kol, tapi terutama brokoli.
Penelitian sebelumnya telah menyatakan sulforaphane memiliki kandungan anti-kanker dan anti-radang.
Para peneliti itu mendapati sulforaphane menghalangi enzim yang mengakibatkan kerusakan sendi dengan menghentikan molekul penting yang diketahui mengakibatkan radang.
Studi tersebut melibatkan peneliti dari Universiyt of East Anglia, bersama dengan University of Oxford and Norfolk dan Norwich University Hospital.
"Selain mengobati mereka yang sudah memiliki kondisi itu, anda perlu bisa membritahu orang yang sehat bagaimana melindungi persendian pada masa depan," kata Ian Clark, pemimpin peneliti tersebut.
"Saat ini, tak ada cara menangani penyakit itu secara farmasi dan anda tak bisa memberi orang sehat obat yang tidak perlu, jadi di sini lah makanan dapat menjadi pilihan yang aman." Sumber *
Label:
anti-kanker,
anti-radang,
brokoli,
Brussels,
cegah,
Ian Clark,
kol,
kubis,
OA,
osteoarthritis,
radang,
radang sendi degeneratif,
Sendi,
sulforaphane
Ini Alasan Miras Lebih Bahaya Dari Narkoba
JAKARTA – Mengkonsumsi minuman beralkohol, yang di Indonesia lebih dikenal dengan sebuta miras alias minuman keras, ternyata berdampak lebih buruk daripada mengisap rokok dan menggunakan narkoba.
Studi yang dilakukan ilmuwan Inggris tahun 2010 menyebutkan, di banding dampak pengguna rokok dan narkoba, kerusakan organ tubuh pengonsumsi alkohol berada di posisi paling parah.
Seperti dikutip dari Foxnews.com, para ilmuwan itu menghadirkan skala penghitungan baru tentang dampak alkohol mulai dari gangguan yang diderita pengonsumsi alkohol hingga dampak sosial yang diakibatkannya.
Studi yang berlangsung pada 2010 itu menyebutkan bahwa alcohol lebih berbahaya dan tiga kali lebih buruk akibatnya dari narkoba atau bahaya tembakau.
Berdasar skala tersebut, secara terpisah dua kelompok ilmuwan dari Britain's Independent Scientific Committee on Drugs (ISCD) dan para pakar European Monitoring Center for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), menempatkan bahaya narkoba jenis heroin dan kokain di peringkat kedua dan ketiga.
Bahaya ektasi bahkan hanya seperdelapan dari dampak mengonsumsi alkohol.
Professor David Nutt, pimpinan ISCD masa itu, yang karyanya dipublikasikan di jurnal kedokteran Lancet menyebutkan bahwa temuan itu memperlihatkan dampak alkohol yang begitu luas memerlukan strategi kesehatan publik yang memadai.
Seperti diketahui, minuman beralkohol dan rokok dilegalkan di banyak negara. Hal itu berbeda dengan narkoba seperti ekstasi, ganja, heroin dan sejenisnya yang bisa membuat pemilik atau pembawanya di kirim ke dalam sel penjara.
“Menarik untuk memperhatikan bahwa dua produk legal yakni alkohol dan tembakau menempati peringkat teratas, dan menunjukkan bahwa produk legal itu menyebabkan setidaknya dampaknya yang sama besarnya dengan zat-zat illegal,” ujar Nutt yang pernah menjadi tokoh berpengaruh di British Advisory Council on the Misuse of Drugs.
Nutt dikeluarkan dari lembaga itu karena mengeritik sikap pemerintah yang mengabaikan padangan para ilmuwan bahwa bahaya ganja lebih sedikit dari pada alcohol.
Sementara itu, badan kesehatan dunia WHO memperkirakan sebanyak 2,5 juta kematian per tahun di dunia terjadi terkait konsumsi alcohol. Kematian itu terjadi pada penderita serangan jantung dan liver, korban kecelakaan lalu lintas, kasus bunuh diri dan penderita kanker. Demikian rilis WHO pada Februari 2011. Sumber *
Studi yang dilakukan ilmuwan Inggris tahun 2010 menyebutkan, di banding dampak pengguna rokok dan narkoba, kerusakan organ tubuh pengonsumsi alkohol berada di posisi paling parah.
Seperti dikutip dari Foxnews.com, para ilmuwan itu menghadirkan skala penghitungan baru tentang dampak alkohol mulai dari gangguan yang diderita pengonsumsi alkohol hingga dampak sosial yang diakibatkannya.
Studi yang berlangsung pada 2010 itu menyebutkan bahwa alcohol lebih berbahaya dan tiga kali lebih buruk akibatnya dari narkoba atau bahaya tembakau.
Berdasar skala tersebut, secara terpisah dua kelompok ilmuwan dari Britain's Independent Scientific Committee on Drugs (ISCD) dan para pakar European Monitoring Center for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), menempatkan bahaya narkoba jenis heroin dan kokain di peringkat kedua dan ketiga.
Bahaya ektasi bahkan hanya seperdelapan dari dampak mengonsumsi alkohol.
Professor David Nutt, pimpinan ISCD masa itu, yang karyanya dipublikasikan di jurnal kedokteran Lancet menyebutkan bahwa temuan itu memperlihatkan dampak alkohol yang begitu luas memerlukan strategi kesehatan publik yang memadai.
Seperti diketahui, minuman beralkohol dan rokok dilegalkan di banyak negara. Hal itu berbeda dengan narkoba seperti ekstasi, ganja, heroin dan sejenisnya yang bisa membuat pemilik atau pembawanya di kirim ke dalam sel penjara.
“Menarik untuk memperhatikan bahwa dua produk legal yakni alkohol dan tembakau menempati peringkat teratas, dan menunjukkan bahwa produk legal itu menyebabkan setidaknya dampaknya yang sama besarnya dengan zat-zat illegal,” ujar Nutt yang pernah menjadi tokoh berpengaruh di British Advisory Council on the Misuse of Drugs.
Nutt dikeluarkan dari lembaga itu karena mengeritik sikap pemerintah yang mengabaikan padangan para ilmuwan bahwa bahaya ganja lebih sedikit dari pada alcohol.
Sementara itu, badan kesehatan dunia WHO memperkirakan sebanyak 2,5 juta kematian per tahun di dunia terjadi terkait konsumsi alcohol. Kematian itu terjadi pada penderita serangan jantung dan liver, korban kecelakaan lalu lintas, kasus bunuh diri dan penderita kanker. Demikian rilis WHO pada Februari 2011. Sumber *
Mendengarkan Musik Kesukaan Bantu Fungsi Jantung
JAKARTA— Mendengarkan musik selama 30 menit dapat membantu fungsi jantung.
Para ilmuwan mengemukakan itu saat di kongres European Society of Cardiology di Amsterdam, Belanda. Ketika mendengarkan lagu kesukaan selama 30 menit, fungsi jantung naik sebesar 19 persen. Meski mekanisme belum diketahui secara jelas, para peneliti yakin peningkatan itu berasal dari perubahan hormon.
Musik berpengaruh pada emosi. Paparan itu kerap menimbulkan reaksi kimia tertentu di otak. Reaksi itulah yang diperkirakan menimbulkan peningkatan fungsi kardiovaskular.
"Ketika kita mendengarkan musik yang kita suka, otak melepaskan endorphin dan itu memperbaiki kesehatan vaskular kita," kata ketua tim peneliti Delijanin Ilic, seperti yang dikutip dari Medical Daily.
Ilic dan rekan-rekannya mencatat penyakit jantung pasien. Mereka diminta untuk berolahraga, mendengarkan musik, atau keduanya selama tiga minggu. Di akhir penelitian, ditemukan grup kombinasi mengalami kenaikan dalam hal berolahraga dan kesehatan jantung sebesar 39 persen.
Kenaikan itu lebih banyak dari grup yang hanya berolah raga, 10 persen. Sementara itu, grup yang hanya mendengarkan musik fungsi kardiovaskularnya naik 19 persen.
"Kombinasi musik dan olaharaga paling tinggi kenaikan fungsi kardiovaskularnya. Kenaikan fungsi kardiovaskular juga berkaitan dengan kenaikan kemampuan berolahraga," kata Ilic.
"Mendengarkan lagu kesukaan dan berolahraga rutin memperbaiki fungsi jantung dan mungkin merupakan metode untuk pasien CAD (Coronary Artery Disease)," tambahnya.
Dia juga menambakan kenaikan fungsi itu juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan jenis musik. Komposisi harmonis seperti opera dan musik klasik lebih berpengaruh daripada heavy metal. Dengan kata lain, otak menjadi penentu utama dan hormon yang dilepaskan pun bersifat subyektif.
"Tidak ada musik yang ideal untuk semua orang. Pasien harus memilih musik yang meningkatkan emosi positif dan membuat mereka senang atau santai,” kata Ilic. Sumber *
Para ilmuwan mengemukakan itu saat di kongres European Society of Cardiology di Amsterdam, Belanda. Ketika mendengarkan lagu kesukaan selama 30 menit, fungsi jantung naik sebesar 19 persen. Meski mekanisme belum diketahui secara jelas, para peneliti yakin peningkatan itu berasal dari perubahan hormon.
Musik berpengaruh pada emosi. Paparan itu kerap menimbulkan reaksi kimia tertentu di otak. Reaksi itulah yang diperkirakan menimbulkan peningkatan fungsi kardiovaskular.
"Ketika kita mendengarkan musik yang kita suka, otak melepaskan endorphin dan itu memperbaiki kesehatan vaskular kita," kata ketua tim peneliti Delijanin Ilic, seperti yang dikutip dari Medical Daily.
Ilic dan rekan-rekannya mencatat penyakit jantung pasien. Mereka diminta untuk berolahraga, mendengarkan musik, atau keduanya selama tiga minggu. Di akhir penelitian, ditemukan grup kombinasi mengalami kenaikan dalam hal berolahraga dan kesehatan jantung sebesar 39 persen.
Kenaikan itu lebih banyak dari grup yang hanya berolah raga, 10 persen. Sementara itu, grup yang hanya mendengarkan musik fungsi kardiovaskularnya naik 19 persen.
"Kombinasi musik dan olaharaga paling tinggi kenaikan fungsi kardiovaskularnya. Kenaikan fungsi kardiovaskular juga berkaitan dengan kenaikan kemampuan berolahraga," kata Ilic.
"Mendengarkan lagu kesukaan dan berolahraga rutin memperbaiki fungsi jantung dan mungkin merupakan metode untuk pasien CAD (Coronary Artery Disease)," tambahnya.
Dia juga menambakan kenaikan fungsi itu juga dipengaruhi oleh jenis kelamin dan jenis musik. Komposisi harmonis seperti opera dan musik klasik lebih berpengaruh daripada heavy metal. Dengan kata lain, otak menjadi penentu utama dan hormon yang dilepaskan pun bersifat subyektif.
"Tidak ada musik yang ideal untuk semua orang. Pasien harus memilih musik yang meningkatkan emosi positif dan membuat mereka senang atau santai,” kata Ilic. Sumber *
Makan Buah Segar Lebih Sehat Dibanding Jus Buah
JAKARTA— Mengonsumsi buah segar seperti anggur, apel, dan pir telah banyak diketahui dapat mengurangi risiko terkena diabetes.
Namun, ternyata meminum jus buah justru dapat meningkatkan risiko yang erat kaitannya dengan kolesterol dan kadar gula dalam darah tersebut.. Belum lama ini, gabungan peneliti dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Singapura melakukan investigasi kesehatan besar-besaran yang mengambil tempat di negeri Paman Sam.
Proyek tersebut melibatkan lebih dari 187 ribu orang perawat dan praktisi kesehatan setempat untuk memonitor gaya hidup masyarkat di sana, termasuk salah satu isunya adalah pola makan tidak sehat yang memicu diabetes. Studi tersebut menunjukkan hasil berupa responden yang rutin setidaknya dua kali seminggu mengonsumsi buah segar, khususnya blueberry, anggur, dan apel, mampu mengurangi risiko terkena diabetes hingga 23 persen dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi buah segar setidaknya sebulan sekali.
Di sisi lain, mereka yang sekali atau berkali-kali meminum jus buah setiap harinya justru menunjukkan peningkatan risiko terkena diabetes hingga 21 persen. Laporan ilmiah yang di publikasikan di dalam Bristish Medical Journal menyatakan bahwa hasil studi tersebut membutuhkan kerja yang lebih keras untuk kian membuktikan kejelasan perbedaan manfaat buah segar dan jus buah.
Beberapa spekulasi menyatakan bahwa walaupun kandungan nutrisi pada buah segar dan jus buah itu sama, namun fakta bentuknya jelas berbeda, buah segar berbentuk nutrisi solid, sedangkan jus berupa sari dalam cair.
"Nutrisi dalam bentuk cairan lebih cepat masuk ke dalam saluran pencernaan dan lebih cepat pula diserap oleh usus besar dan mendorong tubuh memproduksi lebih banyak insulin yang mengakibatkan level gula darah meningkat," jelas Qi Sun, asisten profesor di bidang nutrisi pada Sekolah Kesahatan Masyarakat, Universitas Harvard, AS.
Studi ini sendiri dilakukan dengan meneliti data dari Studi Keperawatan Kesehatan yang diambil pada medio tahun 1984 -2008, Studi Keperawatan Kesehatan jilid dua (1991-2009), dan Studi Lanjut Profesional Kesehatan (1986-2008).
Adapun buah-buahan yang digunakan dalam studi ini, baik dalam bentuk buah segar maupun jus buah, adalah anggur, buah persik, aprikot, buah prem, pisang, melon, apel, pir, jeruk, stroberi, dan bluberry. Sumber *
Namun, ternyata meminum jus buah justru dapat meningkatkan risiko yang erat kaitannya dengan kolesterol dan kadar gula dalam darah tersebut.. Belum lama ini, gabungan peneliti dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Singapura melakukan investigasi kesehatan besar-besaran yang mengambil tempat di negeri Paman Sam.
Proyek tersebut melibatkan lebih dari 187 ribu orang perawat dan praktisi kesehatan setempat untuk memonitor gaya hidup masyarkat di sana, termasuk salah satu isunya adalah pola makan tidak sehat yang memicu diabetes. Studi tersebut menunjukkan hasil berupa responden yang rutin setidaknya dua kali seminggu mengonsumsi buah segar, khususnya blueberry, anggur, dan apel, mampu mengurangi risiko terkena diabetes hingga 23 persen dibandingkan mereka yang hanya mengonsumsi buah segar setidaknya sebulan sekali.
Di sisi lain, mereka yang sekali atau berkali-kali meminum jus buah setiap harinya justru menunjukkan peningkatan risiko terkena diabetes hingga 21 persen. Laporan ilmiah yang di publikasikan di dalam Bristish Medical Journal menyatakan bahwa hasil studi tersebut membutuhkan kerja yang lebih keras untuk kian membuktikan kejelasan perbedaan manfaat buah segar dan jus buah.
Beberapa spekulasi menyatakan bahwa walaupun kandungan nutrisi pada buah segar dan jus buah itu sama, namun fakta bentuknya jelas berbeda, buah segar berbentuk nutrisi solid, sedangkan jus berupa sari dalam cair.
"Nutrisi dalam bentuk cairan lebih cepat masuk ke dalam saluran pencernaan dan lebih cepat pula diserap oleh usus besar dan mendorong tubuh memproduksi lebih banyak insulin yang mengakibatkan level gula darah meningkat," jelas Qi Sun, asisten profesor di bidang nutrisi pada Sekolah Kesahatan Masyarakat, Universitas Harvard, AS.
Studi ini sendiri dilakukan dengan meneliti data dari Studi Keperawatan Kesehatan yang diambil pada medio tahun 1984 -2008, Studi Keperawatan Kesehatan jilid dua (1991-2009), dan Studi Lanjut Profesional Kesehatan (1986-2008).
Adapun buah-buahan yang digunakan dalam studi ini, baik dalam bentuk buah segar maupun jus buah, adalah anggur, buah persik, aprikot, buah prem, pisang, melon, apel, pir, jeruk, stroberi, dan bluberry. Sumber *
Kini Otak Manusia Pun Bisa Dibikin
JAKARTA— Para ilmuwan untuk pertama kali berhasil menumbuhkan otak mini dari sel punca manusia di laboratorium.
Kesuksesan itu bisa mengarah ke tingkat pemahaman baru tentang bagaimana otak berkembang dan mengalami gangguan seperti schizophrenia dan autisme.
Juergen Knoblich dan Madeline Lancaster dari Institute of Molecular Biotechnology Austria dan para peneliti dari Unit Genetika Manusia pada Edinburgh University di Inggris memulainya dengan sel punca manusia.
Mereka menumbuhkannya dengan kombinasi nutrisi khusus yang dirancang untuk memanfaatkan kemampuan bawaan sel untuk mengorganisasi menjadi struktur organ kompleks, demikian dilansir Reuters.
Para peneliti menumbuhkan jaringan yang disebut neuroectoderm - lapisan sel-sel dalam embrio tempat semua komponen otak dan sistem syaraf berkembang.
Fragmen-fragmen jaringan ini kemudian ditanam pada perancah dan diletakkan ke dalam bioreaktor yang berputar yang mensirkulasikan oksigen dan nutrisi lain supaya mereka bisa tumbuh menjadi cerebral organoid - atau otak mini - yang terdiri atas beberapa bagian otak berbeda.
Setelah sebulan, fragmen-fragmen itu telah mengorganisasi diri menjadi struktur primitif yang bisa dikenali sebagai bagian otak yang berkembang seperti retina, choroid plexus dan cerebral cortex, jelas para peneliti tentang hasil studi mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Menggunakan organoid, para ilmuwan kemudian membuat model biologi tentang bagaimana kondisi langka otak yang disebut microcephalus dan menunjukkan bahwa teknik yang sama pada masa mendatang bisa digunakan untuk gangguan seperti autisme atau schizophrenia yang mempengaruhi jutaan orang di dunia.
"Studi ini menawarkan alat yang menjanjikan untuk memahami perkembangan sebagian besar gangguan otak... dan juga menguji penanganan yang mungkin dilakukan," kata Paul Matthews, seorang profesor ilmu syaraf di Imperial College London, yang tidak terlibat dalam studi tapi terkesan dengan hasilnya.
Zameel Cader, konsultan syaraf di John Radcliffe Hospital di Oxford, Inggris, menggambarkan pekerjaan itu "menarik dan menakjubkan".
Dia mengatakan hasil penelitian itu memperluas kemungkinan penggunaan teknologi sel punca untuk memahami perkembangan otak dan mekanisme penyakit, serta untuk mendapatkan obat baru.
Meski ini bermula pada jaringan sederhana, otak manusia secara cepat berkembang menjadi struktur alam yang paling kompleks yang diketahui dan para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi.
Kondisi ini membuat para peneliti sulit menambah pengetahuan tentang apa yang mungkin salah--dan bagaimana cara menangani gangguan-gangguan otak seperti depresi, schizophrenia dan autisme. Sumber *
Kesuksesan itu bisa mengarah ke tingkat pemahaman baru tentang bagaimana otak berkembang dan mengalami gangguan seperti schizophrenia dan autisme.
Juergen Knoblich dan Madeline Lancaster dari Institute of Molecular Biotechnology Austria dan para peneliti dari Unit Genetika Manusia pada Edinburgh University di Inggris memulainya dengan sel punca manusia.
Mereka menumbuhkannya dengan kombinasi nutrisi khusus yang dirancang untuk memanfaatkan kemampuan bawaan sel untuk mengorganisasi menjadi struktur organ kompleks, demikian dilansir Reuters.
Para peneliti menumbuhkan jaringan yang disebut neuroectoderm - lapisan sel-sel dalam embrio tempat semua komponen otak dan sistem syaraf berkembang.
Fragmen-fragmen jaringan ini kemudian ditanam pada perancah dan diletakkan ke dalam bioreaktor yang berputar yang mensirkulasikan oksigen dan nutrisi lain supaya mereka bisa tumbuh menjadi cerebral organoid - atau otak mini - yang terdiri atas beberapa bagian otak berbeda.
Setelah sebulan, fragmen-fragmen itu telah mengorganisasi diri menjadi struktur primitif yang bisa dikenali sebagai bagian otak yang berkembang seperti retina, choroid plexus dan cerebral cortex, jelas para peneliti tentang hasil studi mereka yang dipublikasikan dalam jurnal Nature.
Menggunakan organoid, para ilmuwan kemudian membuat model biologi tentang bagaimana kondisi langka otak yang disebut microcephalus dan menunjukkan bahwa teknik yang sama pada masa mendatang bisa digunakan untuk gangguan seperti autisme atau schizophrenia yang mempengaruhi jutaan orang di dunia.
"Studi ini menawarkan alat yang menjanjikan untuk memahami perkembangan sebagian besar gangguan otak... dan juga menguji penanganan yang mungkin dilakukan," kata Paul Matthews, seorang profesor ilmu syaraf di Imperial College London, yang tidak terlibat dalam studi tapi terkesan dengan hasilnya.
Zameel Cader, konsultan syaraf di John Radcliffe Hospital di Oxford, Inggris, menggambarkan pekerjaan itu "menarik dan menakjubkan".
Dia mengatakan hasil penelitian itu memperluas kemungkinan penggunaan teknologi sel punca untuk memahami perkembangan otak dan mekanisme penyakit, serta untuk mendapatkan obat baru.
Meski ini bermula pada jaringan sederhana, otak manusia secara cepat berkembang menjadi struktur alam yang paling kompleks yang diketahui dan para ilmuwan masih belum mengetahui bagaimana hal itu bisa terjadi.
Kondisi ini membuat para peneliti sulit menambah pengetahuan tentang apa yang mungkin salah--dan bagaimana cara menangani gangguan-gangguan otak seperti depresi, schizophrenia dan autisme. Sumber *
Label:
autisme,
Bisa,
cerebral organoid,
Dibikin,
Juergen Knoblich,
Kini,
Madeline Lancaster,
Manusia,
Nature,
neuroectoderm,
otak,
Pun,
schizophrenia,
sel punca
Langganan:
Postingan (Atom)