Sabtu, 29 September 2012

8 Gaya Hidup Sehat Pencegah Kanker

Faktor genetik memang punya peran dalam terjadinya kanker, tetapi bukan berarti kanker pasti diwariskan dan kita cuma bisa pasrah menerima takdir. Gaya hidup sehat telah terbukti bisa mencegah kanker.

Menurut American Cancer Society, pola hidup sehat juga bisa mencegah hampir separuh kematian akibat kanker. Dan berikut adalah 8 gaya hidup sehat yang dianjurkan untuk menghindari kanker.

1. Tidak merokok
Hindari merokok atau menggunakan produk tembakau lainnya. Merokok adalah penyebab berbagai jenis kanker, mulai dari kanker paru, kerongkongan, mulut, tenggorokan, perut, dan pankreas. Merokok juga menjadi penyebab utama kematian yang bisa dicegah.

2. Skrining teratur
Jadikan skrining kanker sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan rutin. Skrining kanker bisa mendeteksi kanker payudara, serviks, dan kanker kulit dalam stadium dini. Skrining kanker bisa dilakukan melalui cek darah, pemeriksaan fisik, tes genetik, hingga pemeriksaan X-ray.

3. Kurangi alkohol
Kanker mulut enam kali lebih sering diderita para pecandu alkohol dibandingkan dengan orang yang tidak minum alkohol.

4. Lindungi dari matahari
Sinar ultraviolet bisa merusak DNA kulit dan bisa menyebabkan mutasi genetik yang memicu kanker. Gunakan tabir surya jika Anda ingin beraktivitas lama di bawah matahari.

5. Olahraga
Riset menunjukkan orang yang aktif dan rutin berolahraga memiliki risiko lebih kecil terkena kanker kolon dan kanker payudara. Anda tak perlu berolahraga seperti atlet untuk mencegah kanker, aktivitas moderat seperti jogging, bersepeda, atau senam, sudah cukup.

6. Jaga berat badan
Berat badan berlebih terkait erat dengan beberapa jenis kanker seperti kanker kolon, tiroid, payudadara, dan endometrial.

7. Waspada terapi sulih hormon
Beberapa penelitian menunjukkan terapi sulih hormon di masa menopause meningkatkan risiko beberapa jenis kanker. Bila Anda sudah terlanjur mendapatkan terapi tersebut, batasi hanya kurang dari lima tahun.

8. Hindari radiasi
Hindari paparan radiasi dan beberapa zat kimia. Pada orang yang memang memiliki faktor risiko kanker, paparan radiasi diketahui akan menyebabkan mutasi gen yang bisa memicu sel-sel kanker menjadi aktif.

Rabu, 12 September 2012

Hindari Bahaya Radiasi Telepon Genggam

Ketergantungan masyarakat terhadap teknologi, khususnya telepon selular atau ponsel, boleh dikata sudah sangat tinggi. Padahal, radiasi yang dikeluarkan oleh ponsel sangat berbahaya, terutama bagi kesuburan pria dan jaringan syaraf di otak.

Prof. Dr. dr. Susy Tjahjani, Mkes., dosen Universitas Kristen Maranatha Bandung juga merasakan bahwa masyarakat modern sekarang ini sangat tergantung dengan peralatan ponsel. Padahal, dia menegaskan bahwa kehidupan yang terlalu erat dengan ponsel bisa berpengaruh negatif kepada penggunanya. Penyebabnya adalah efek radiasi gelombang elektromagnetik yang ditimbulkan.

Radiasi elektromagnetik merupakan kombinasi medan listrik dan medan magnet yang berosilasi dan merambat lewat ruang dan membawa energi dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam hal ini, radiasi datang dari ponsel dan masuk ke dalam tubuh manusia.

Apa dampak buruk radiasi ponsel ini?

Menurut Susy, yang jelas, penggunaan alat tersebut secara terus-menerus bisa memengaruhi tingkat kesuburan. Itu sudah ada penelitiannya meski baru diujicobakan pada hewan. “Efek radiasi mengganggu pergerakan sel kelamin jantan (spermatozoa),” ujarnya, saaat berbincang dengan Vista.

Artinya, informasi yang menyebut bahwa radiasi ponsel menyebabkan kesuburan terganggu bukanlah mitos. “Bukan mitos, karena penelitian terhadap hewan sudah dilakukan. Untuk penelitian kepada manusia, dari lingkungan kita sendiri belum melakukan itu,” ujar guru besar di bidang kesehatan ini.

Selain dapat memengaruhi kesuburan, efek radiasi juga bisa memengaruhi kesehatan otak.
Namun demikian, lanjut peneliti pada kampus tempatnya mengajar itu, efek radiasi dapat dicegah melalui berbagai cara. Jadi, Anda bisa tetap sehat meski menggunakan ponsel.

“Misalkan daripada bicara melalui handphone, ada baiknya kita melakukan komunikasi melalui SMS saja. Terlalu lama bertelepon akan memengaruhi kesehatan otak,” ujarnya.

Bagi pasangan yang telah berumah tangga dan ingin segera memiliki keturunan, sebaiknya tidak terlalu sering menggunakan peralatan ponsel. Kurangi berbicara lewat telepon, dan tidak meletakkan benda-benda tersebut di tubuh, misalnya di kantong celana.

Ketika tidur, lanjut Susy, sebaiknya jauhkan tubuh dari peralatan teknologi tersebut. Sebab dalam kondisi hidup, ponsel tetap memancarkan radiasi kendati hanya digenggam, apalagi untuk bicara.

“Paling aman lagi gunakan hands-free untuk mendengarkan pembicaraan di handphone,” tandasnya. Penggunaan hands-free cukup aman, karena penggunaan ponsel tidak dilakukan secara langsung dan tidak menempel di telinga.

Sumber: *

Selasa, 11 September 2012

WHO: 51,7% Perokok Pria (Generasi Muda, 15-24 Tahun)

WASPADALAH
Indonesia masuk dalam kelompok atas - bersama India, Filipina, Thailand, Vietnam, dan Polandia - negara-negara yang berpenghuni banyak perokok aktif. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh WHO, ada sekitar 51,7 persen perokok pria dan 0,3 persen perokok wanita dengan rentang usia 15 - 24 tahun.

Hal ini tentunya sangat mengkhawatirkan jika dilihat dari sudut pandang kesehatan. Generasi muda bisa terancam kondisi kesehatannya. Lalu bagaimana anak dan remaja bisa terpengaruh untuk menjadi seorang perokok?

Pemicunya cukup beragam, bisa dari lingkungan keluarga atau teman-teman. Lalu, yang tak kalah berdampak luar biasa adalah iklan-iklan rokok yang cukup 'radikal' dan kreatif menyasar pasar anak remaja. Hal ini diungkapkan oleh dr. Soewarta Kosen, M.P.H., Koordinator Unit Analisis Kebijakan dan Ekonomi Kesehatan.

"Remaja mudah terpengaruh oleh iklan yang sudah tersebar luas di mana saja, termasuk dalam sebuah konser musik yang sponsornya berasal dari rokok," kata Soewarta di Gedung Kementerian Kesehatan, Jakarta pada Selasa 11 September 2012.

Cara Radikal

Meskipun saat ini iklan rokok di televisi dibatasi tetapi produsen rokok beriklan dengan cara-cara yang 'radikal'. Bukan hanya melalui billboard atau di internet, tetapi juga aktif mensponsori acara-acara musik anak muda.

Hal tersebut memang bisa dengan mudah mempengaruhi anak dan remaja untuk mencoba merokok. Dan, tak menutup kemungkinan selanjutnya dia akan jadi pencandu rokok. Menurut survei yang dilakukan pada 2007, sekitar 80 persen anak dan remaja, melihat iklan dan promosi, serta dari sponsor rokok pada sebuah acara.

Untuk itu, terkait pemasangan iklan rokok di billboard, menurut Soewarta, sebaiknya mulai ditinjau kembali. "Jakarta adalah salah satu ibukota di Asia Pasifik yang masih memajang billboard rokok. Di negara lain sudah tidak ada, hanya kita yang masih ada," katanya.

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...