Senin, 15 April 2013

SIAPA LEBIH CEPAT TUA?

Ada pendapat, wanita lebih cepat tua dari pria. Benarkah? Simak apa yang mempercepat timbulnya penyakit dan kerentaan di tubuh Anda.

Wanita menaruh perhatian lebih besar dibanding pria dalam hal awet muda. “Selama 20 tahun terakhir saya mendapati bahwa wanitalah yang sering mengeluh karena merasa kelihatan lebih tua dibanding suaminya,” kata Dr. CEPAT, dokter sekaligus guru antipenuaan tingkat dunia.

Kondisi itu dibenarkan Dr. Perricone. Ada perbedaan fisiologis antara tubuh pria dan wanita. Pria memiliki kulit lebih tebal, sehingga lebih resisten terhadap kerusakan. Hormon testosteron menjaga kulit pria tetap lembab. Selain itu, pria punya tulang lebih padat daripada wanita.

Sudah begitu, wanita punya kecenderungan untuk berdiet sembarangan setelah masa remaja. Padahal, kurang gizi, khususnya protein, juga merupakan faktor yang mempecepat penuaan. Dr. Perricone percaya bahwa kurang protein menyebabkan kita jadi cepat tua.

Inti dari proses penuaan, menurutnya, adalah pembengkakan. Ketika inflamasi ini terjadi dalam kadar rendah dan tak terlihat karena berlangsung dalam sel di organ tubuh, pelan tetapi pasti kita punya risiko terkena penyakit degeneratif, misalnya penyakit jantung dan stroke. Sebaliknya, jika sel-sel tubuh sehat, bebas dari cedera plus mendapatkan gizi cukup terus-menerus, tubuh akan awet sehat meskipun sudah masuk usia emas.

Hal itu juga dibenarkan oleh Dr. Czeresna Heriawan Soejono, Sp.PD, KGer, Mepid, dari FKUI/RS Cipto Mangunkusumo Jakarta. Pola makan yang benar adalah kunci untuk tetap sehat dan awet muda. Stres oksidatif pada tubuh terjadi jika pola makan tak sehat.

Stres oksidatif erat hubungannya dengan penyakit kronis degeneratif yang menggerogoti pembuluh darah dan sendi pada manusia berusia 50 tahun ke atas jika tak didukung pola makan sehat. Namun, ia menambahkan bahwa belakangan ini penyakit kronis degeneratif menggerogoti pula orang Asia perkotaan mapan mulai usia 30-an.

Kesibukan orang Asia perkotaan yang menjauhkan diri dari olahraga, kemudahan dan kedekatan dengan akses makanan siap saji yang tinggi lemak dan rendah serat adalah penyebabnya. “Ada penelitian Prof. Campbell dari Amerika Serikat di Shanghai. Penelitian itu mengungkapkan bahwa perubahan pola makan orang Asia bertanggung jawab pada penyakit kronis degeneratif yang diderita orang Asia belakangan ini,” kata Dr. Czeresna.

“Prof. Campbell sudah memperingatkan orang Indonesia. Jangan ubah pola makan tradisional menjadi pola makan Barat yang cenderung miskin serat dan kaya lemak itu agar tua tidak sakit-sakitan,” sebutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...