Berkaca dari pengalamannya yang harus mengonsumsi obat hepatitis B, Lamifudin, setiap hari, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Dahlan Iskan, mendorong PT Kimia Farma Tbk agar memproduksi obat-obatan yang diperlukan masyarakat kurang mampu.
Dahlan mengatakan, Lamifudin merupakan obat yang harus terus dikonsumsi oleh penderita hepatitis B. Sayangnya, harga obat ini tergolong mahal yaitu Rp1 juta untuk kepentingan sebulan.
"Di Indonesia ada sekitar 20 juta orang yang harusnya minum obat ini. Namun, karena harganya mahal, menjadi tidak terjangkau," kata Dahlan dalam pesan BlackBerry yang diterimaVIVAnews.com, Kamis, 22 Maret 2012.
Mantan bos kelompok media Jawa Pos ini mengatakan, mahalnya jenis obat tersebut disebabkan Lamifudin termasuk obat yang masih harus diimpor.
Padahal, obat tersebut bakal membantu hati yang sudah terjangkit hepatitis B agar tidak terkena sirosis. Inilah yang kemudian bisa menyebabkan munculnya kanker hati.
Terdorong dari pengalaman tersebut, Dahlan telah memerintahkan Kimia Farma untuk memproduksi sendiri obat hepatitis B. Kabarnya, sepekan lalu, Kimia Farma telah memproduksi jenis obat tersebut dengan merek Heplam.
Berbeda dengan Lamifudin yang dihargai Rp1 juta untuk sebulan. Harga obat Heplam hanya dipatok Rp150 ribu untuk pengobatan selama sebulan. "Tidak sampai seperlima dari harga Lamifudin impor," katanya.
Rencananya, Kementerian BUMN bakal meminta Menteri Kesehatan untuk segera meluncurkan obat tersebut di Jakarta. (art)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar